Tuesday, September 30, 2008

Muslim atau Non Muslim ?

Beberapa hari yang lalu, waktu jalan-jalan ke mall ciputra dan plaza simpang lima semarang ada pemandangan yang (menurut saya) aneh... kok ternyata di bulan Ramadhan ini restaurant maupun gerai makanan penuh sekali dengan orang makan, padahal siang hari loh. Nggak cuma anak-anak, bahkan ibu-ibu dan bapak-bapak juga makan dengan santainya tanpa rasa malu dan canggung makan dimuka umum. Sampai-sampai jadi nggak berasa kalau ini bulan Ramadhan.. ck..ck..ck...

Oke lah anggap aja anak-anak belum wajib puasa, yang perempuan sedang datang bulan, atau yang bapak-bapak itu non muslim... tapi apakah semua itu termasuk wanita-wanita berjilbab itu juga non muslim? atau malah semua sedang kompakan datang bulan...?

weleh..weleh...ternyata udik juga ya aku ini sekarang, heran liat orang udah nggak punya tepo seliro ama orang yang sedang puasa. Rasanya budaya malu udah nggak ada lagi di kota besar. Apalagi kalau sesama muslim... pfff...*sigh*

Ternyata ada sisi positif juga bila saya melihat di Gorontalo, selama bulan Ramadhan hampir tidak ada restaurant yang menjual makanan untuk dimakan ditempat, mereka hanya menjual untuk dibawa pulang. Baru setelah tiba waktu berbuka mereka menjual untuk makan ditempat. Jadi hampir tidak terlihat orang makan sembarangan di tempat umum di bulan ramadhan selama aku di Gorontalo. Salut deh...

Rasanya udah nggak ada lagi ya tenggang rasa sesama muslim di kota besar... wah.. setidaknya untuk menghormati sesama muslim yang juga berpuasa.

3 comments:

Anonymous said...

Ttg komunitas yang makan di muka umum, justru itu mbak!, tantangan dan seninya sebagai muslim. Puasa tidak menghalangi pekerjaan dan 'perasaan'. Misalnya pilot tetap puasa walau mengantar anda mudik. [Siapa tahu ada SOP dilarang puasa demi keselamatan penerbangan, takutnya pingsan karena lapar, atau kalau muslim dilarang terbang selama Ramadhan nanti dikira rasis dan pesawat dikempesin ban-nya]

Anonymous said...

Atau dibalik cara pandangnya, cici dan koko. Misalnya kita diundang makan orang Jepang di Jepang sana, dan bilang puasa kok mereka tidak marah terus merasa kita muslim ini tidak tepo seliro he he he [catatan: undangan makan bagi orang jepang sangat tidak sopan bila ditolak. red]. Biasanya orang Jepang sangat menghormati ritual agama kita.

Anonymous said...

From a distance the world looks blue and green,
and the snow-capped mountains white.
From a distance the ocean meets the stream,
and the eagle takes to flight.

From a distance, there is harmony,
and it echoes through the land.
It's the voice of hope, it's the voice of peace,
it's the voice of every man.

From a distance we all have enough,
and no one is in need.
And there are no guns, no bombs, and no disease,
no hungry mouths to feed.

From a distance we are instruments
marching in a common band.
Playing songs of hope, playing songs of peace.
They're the songs of every man.
God is watching us. God is watching us.
God is watching us from a distance.

From a distance you look like my friend,
even though we are at war.
From a distance I just cannot comprehend
what all this fighting is for.

From a distance there is harmony,
and it echoes through the land.
And it's the hope of hopes, it's the love of loves,
it's the heart of every man.

It's the hope of hopes, it's the love of loves.
This is the song of every man.
And God is watching us, God is watching us,
God is watching us from a distance.
Oh, God is watching us, God is watching.
God is watching us from a distance.