Sunday, May 04, 2008

Wacana Ujian Nasional (UN)

Setiap bulan April dan Mei, sepertinya bangsa ini selalu “direpotkan” dengan agenda rutin yang bernama UJIAN NASIONAL (UN), baik itu untuk siswa SMA, SMP, dan SD. Selama bertahun-tahun setiap bulan April dan Mei berita mengenai kegiatan yang bernama Ujian Nasional itu pasti menghiasi berbagai media elektronik, cetak maupun internet.
Ironisnya berita yang dimuat ataupun digembar-gemborkan itu selalu memojokkan pemerintah maupun departeman pendidikan nasional, malah kadang-kadang disertai penuntutan di pengadilan kepada pemerintah soal kebijakan mengenai Ujian Nasional yang katanya memberatkan siswa, tidak memihak pada siswa, waktu tiga tahun sekolah hanya ditentukan dalam tiga hari, bobot soal susah, standar nilai kelulusan tinggi (5,25) dsb.
Saya sebenarnya malu akan hal ini, mengapa kita sibuk mengoreksi dan mencela orang lain yang mungkin bertujuan baik untuk anak dan generasi muda kita dan kemajuan bangsa ini tapi kenapa kita sebagai orang tua maupun siswa sendiri tidak mendukung program itu. Apapun namanya dari sejak Indonesia merdeka, setiap jenjang waktu pendidikan pasti diadakan evaluasi, tentu saja dengan nama yang berbeda tapi sama saja intinya. Ada yang bernama EBTANAS, EBTA, UJIAN AKHIR, UJIAN NASIONAL, yah what everlah apa namanya yang penting esensinya sama.
Kenapa kita tidak membenahi diri, maupun anak kita dengan yang namanya BELAJAR untuk mempersiapkan segala sesuatu yang namanya ujian...? mengapa kita selalu menyalahkan orang lain karena soalnya susahlah, standar nilainya ketinggianlah...dsb. mengapa kita tidak introspeksi “mengapa kita tidak belajar untuk persiapan menghadapi ujian?” Mengapa kita tidak melihat bahwa UJIAN NASIONAL adalah sesuatu yang pasti harus dilewati oleh siswa-siswa kita disetiap jenjang pendidikannya? Mengapa harus “heboh mencela” setiap bulan April-Mei? padahal waktu yang diberikan kepada kita untuk belajar sangat panjang.. bayangkan 3 tahun!! Sedangkan waktu ujian hanya 3 hari.. Bagaimana bila dibalik waktu yang diberikan untuk belajar hanya 3 hari sedangkan waktu ujian adalah setiap hari selama 3 tahun? Tentu saja akan makin banyak orang yang bunuh diri karenanya. Sebenarnya bukan karena sadis maupun tidak berempati kepada siswa yang sedang tegang dan stress menghadapi momok yang bernama Ujian Nasional, tapi saya sangat sedih karena ketidak siapan kita menghadapi Ujian tapi buntut-buntutnya adalah menyalahkan orang lain...nanti kalau tidak lulus yang kita lakukan adalah menuntut penyelenggara pendidikan dalam hal ini adalah pemerintah melalui DEPDIKNAS. Mengapa kita lama-kelamaan tumbuh menjadi bangsa yang pengecut?? Tidak berani menghadapi kenyataan??
Pernah suatu ketika saya melihat siaran berita TV swasta yang memberitakan tentang beberapa orang siswa SMA yang jatuh pingsan begitu membuka soal bahasa inggris, terlalu susah katanya....! wah saya jadi malu sekali... mengapa kita jadi bermental tempe seperti itu? Mengapa kita tidak siap dengan ujian? Padahal kelulusan ujian bukanlah takdir seperti jodoh, lahir, mati. Kelulusan Ujian adalah sesuatu yang bisa diusahakan dan diupayakan, bagaimana caranya? Ya hanya dengan BELAJAR dan tentu saja BERDOA!!
Saya percaya tidak lulus dari Ujian Nasional bukanlah akhir dari segalanya. Banyak juga orang yang dulu tidak lulus ujian sekarang jadi jenderal, dirjen, kepala kantor, manager, dsb asalkan kita mau BELAJAR dan BERDOA.
Harapan saya, janganlah kita tumbuh menjadi bangsa yang hanya bisa mencela dan menyalahkan orang lain, tanpa kita sendiri mengontrol atau introspeksi apa yang sudah kita lakukan untuk menghadapi UJIAN NASIONAL ini. Sebaiknya kita sebagai orang tua maupun siswa mempersiapkannya dengan belajar yang baik, tentu saja berdoa juga sehingga dapat menghadapi Ujian Nasional dengan tenang, lancar, dan hasil yang didapatkan memuaskan yaitu LULUS dari momok yang bernama UJIAN NASIONAL.
SEMOGA.......

No comments: